Potensi, Peluang, dan Prospek Agribisnis Kopi

Potensi, Peluang, dan Prospek Agribisnis Kopi


Indonesia merupakan negara yang dilalui garis khatulistiwa dengan musim dan cuaca relatif stabil dan tanah yang subur sehingga berpeluang besar untuk menjadi negara penghasil kopi ternama di dunia. Indonesia juga terdiri atas banyak pulau, yang membuat produk kopinya kaya rasa dan aroma. Interaksi antara iklim, jenis tanah, varietas kopi, dan metode pengolahan membuat kopi Indonesia paling menarik di dunia.
Potensi sumber daya lahan perkebunan kopi Indonesia seluas 1,3 juta hektar, menopang sekitar 5 juta keluarga petani dan pendorong agribisnis yang memberi pasokan besar pada devisa negara. Dari potensi luas lahan perkebunan tersebut, baru 950.000 hektar yang merupakan areal produktif perkebunan kopi dengan populasi sekitar 1,5 miliar pohon dan menghasilkan kopi rata-rata 750.000 ton per tahun. Perkebunan kopi Indonesia tersebar di pulau-pulau besar, seperti Sumatera, Jawa, Bali, Nusa Tenggara, Sulawesi, Maluku, dan Papua. Sebagian besar perkebunan itu milik petani (perkebunan rakyat), sedangkan sebagian kecil merupakan perkebunan milik pemerintah dan swasta.

Negara Produsen Kopi 

Saat ini produsen kopi utama di dunia meliputi delapan negara, yaitu:
  1. Brasil. Negara ini mendominasi produksi kopi dunia, baik se-bagai produsen maupun eksportir, sekaligus juga pengonsumsi kopi terbesar kedua di dunia. Di Brasil, tanaman kopi tumbuh di areal pesisir tenggara, dari Pernambuco di utara sampai Parana di selatan. Sebagian besar areal tanaman kopi cenderung membeku selama musim dingin. Produksi dan perdagangan kopi Brasil mempekerjakan lebih dari lima juta orang dan menyuplai 30% kopi dunia.
  2. Kolombia. Selama bertahun-tahun, Kolombia telah meng-hasilkan kopi terbaik dunia dengan kopi yang mempunyai keseimbangan cita rasa dan kedalaman yang sangat baik. Kopi Kolombia dihasilkan dari perkebunan pada rangkaian Pegunungan Cordilleras yang merupakan bagian dari Andes Utara. Kolombia merupakan penyalur kopi terbesar kedua di dunia dengan 10% pangsa pasar.
  3. Costa Rica. Negara ini dikenal sebagai Little Switzerland dari Amerika Tengah. Costa Rica merupakan salah satu negara industri kopi terbaik. Produksi biji kopi negara tersebut sangat kompleks, enak, dan memiliki kadar asam yang halus.
  4. Etiopia. Kopi Arabika dipercaya berasal dari Etiopia, yang sampai kini masih dapat ditemukan sebagai tumbuhan liar di negara tersebut. Sumber daya alarm Etiopia sangat luas dengan hasil kopi paling unik di dunia.
  5. Hawai. Negara ini merupakan satu-satunya negara bagian Amerika Serikat yang mengembangkan budi daya kopi se-cara komersial.
  6. Guatemala. Separuh dari bagian selatan Guatemala merupakan daerah Sierra Madre, yakni pegunungan tinggi yang sangat cocok untuk tanaman kopi. Imigran Jerman di Guatemala mengembangkan teknik budi daya kopi pada kondisi cuaca ekstrem. Mereka membakar sampah di dekat perkebunan kopi pada cuaca buruk sehingga asapnya yang tebal me-lindungi pohon kopi dari kebekuan dan menghasilkan rasa asap pada biji kopi.
  7. India. Negara ini merupakan salah satu negara penghasil kopi tertua di dunia. Pada awal tahun 1600-an seorang peziarah bernama Baba Budan mengunjungi Makkah dan membawa beberapa biji kopi ke luar Arab. Kopi tersebut ditanam dan dikembangkan di India. Saat ini India menjadi produsen dan pemasok kopi ke pasar dunia.
  8. Indonesia. Indonesia menghasilkan beberapa jenis kopi ekselen. Belanda pertama kali memperkenalkan tanaman kopi di Pulau Jawa pada pertengahan abad ke-17. Produksi kopi Indonesia menjadi generasi awal di belahan dunia ini, khususnya Asia Pasifik. Biji kopi Indonesia terkenal kaya rasa./li>
Menurut Puslitkoka Indonesian Coffee and Cocoa Research Institute (ICCRI), produksi kopi Indonesia sebagian besar jenis Robusta, mencapai 75%. Sisanya adalah kopi Arabika. Sebagai produsen biji kopi Robusta, saat ini Indonesia menduduki per-ingkat kedua di bawah Vietnam. Untuk kopi Arabika, Indonesia berada pada posisi ketiga, di bawah Brasil dan Vietnam. Dalam lima tahun terakhir, sumber yang sama menempatkan Indonesia sebagai produsen kopi terbesar ketiga di dunia setelah Brasil dan Vietnam. Sementara dari catatan ekspor, USDA menempatkan Indonesia pada posisi keempat eksportir kopi terbesar dunia setelah Brasil, Vietnam, dan Kolombia. Dalam perkembangan-nya, produksi kopi Indonesia masih di bawah Brasil yang sebe-sar 3 juta ton/tahun, sebagian besar (70%) merupakan jenis kopi Arabika. Sementara Vietnam mampu memproduksi kopi sebesar 1,3 juta ton, 80% di antaranya jenis Robusta.

Indonesia menjadi penghasil kopi Arabika terbaik di dunia dan sebagai penghasil kopi Robusta terbaik kedua di dunia setelah Vietnam. Total produksi kopi Indonesia mencapai 700.000 ton per tahun. Dari jumlah tersebut, 80% kopi Robusta dan 90% kopi Arabika diekspor. Kopi Arabika yang telah dikenal dunia antara lain kopi Aceh Gayo, kopi Sumatera, kopi Java dari Jawa Timur, Bali, dan Flores. Saat ini, di wilayah timur Indonesia sedang dikembangkan kopi Arabika Papua. Selain kopi Arabika, Indonesia mengembangkan kopi spesial dari jenis Robusta mengingaf pasarnya sangat menjanjikan.Di India terdapat kopi Fine Robusta. Untuk menghasilkan kopi spesial Robusta dengan kualitas yang tinggi tidaklah mudah karena terkait dengan persyaratan khusus Dari aspek geografis, posisi Indonesia cukup strategis dalam perdagangan kopi dunia, menempati posisi keempat negara pro-dusen dan pengekspor kopi di dunia setelah Brasil, Kolombia dan Vietnam. Sumber daya hayati yang melimpah, didukung kondisi geografis spesifik dan agro-ekosistem yang optimal serta kearif-an lokal yang dimiliki warganya, Indonesia menghasilkan produk kopi specialty yang mempunyai cita rasa dan aroma yang khas dan diminati dunia. Negara tujuan ekspor kopi utama Indonesia antara lain negara-negara anggota Masyarakat Ekonomi Eropa (MEE), negara kawasan Amerika, khususnya Amerika Serikat, dan negara di kawasan Asia, seperti Jepang, Singapura, Korea, dan Malaysia.

Potensi sumber daya agribisnis kopi Indonesia belum dimanfaat-kan secara optimal, karena tingkat produktivitas kopi Indonesia baru mencapai 760 kg/hektar. Bandingkan dengan potensi lahan dan pencapaian produksi kopi di beberapa negara produsen kopi dunia, seperti Vietnam yang hanya memiliki lahan produk-tif seluas 550.000 hektar mampu menghasilkan 2.000-3.000 kg/ha, dan Brasil memproduksi 3.000-4.000 kg/ha. Upaya untuk meningkatkan produktivitas, kuantitas dan kualitas produksi kopi, pemerintah Indonesia membuat Gerakan Nasional Kopi (GNK).

Gerakan Nasional Kopi dilakukan melalui program intensifikasi, ekstensifikasi, dan rehabilitasi yang ramah lingkungan. Intensifikasi difokuskan pada peningkatan produktivitas kopi dari 760 kg/ha menjadi 1.000 kg/ha. didukung dengan penyuluhan secara intensif kepada para petani kopi. Ekstensifikasi di arahkan pada percepatan perluasan areal tanam, terutama untuk kopi Arabika, di sentra produksi kopi seperti Aceh, Sumatera Utara, Lampung, Flores, Nusa Tenggara Timur, Jawa Timur, Bali, Sulawesi, dan Papua. Ekstensifikasi melalui pembukaan lahan baru untuk kopi Arabika di wilayah Aceh Tengah (Aceh), Cangkringan (Yogyakarta), Tana Toraja (Sulawesi Selatan), Flores dan Papua. Langkah lain, penanaman kopi Arabika di areal hutan tanpa menggangu ekosistem hutan. Diversifikasi dilakukan dengan cara mengganti tanaman tua dengan bibit unggul. Peremajaan tanaman ini menjadi upaya strategis untuk menjamin stabilitas pasokan produksi kopi. Sebagian besar tanaman kopi Indonesia berumur 20-30 tahun dengan tingkat produktivitas yang menu-run hingga 30% dibanding tanaman kopi umur 5-20 tahun.

Ekspor kopi Indonesia berfluktuasi dengan kecenderungan me-ningkat. Berdasarkan data Asosiasi Eksportir dan Industri Kopi Indonesia (AEKI), dalam lima tahun terakhir (2009-2013) ekspor kopi Indonesia rata-rata 444.505 ton dengan nilai US $ 1,1 miliar per tahun. Secara terinci ekspor kopi tahun 2009 sebesar 478.025 ton senilai US $ 801,66 juta, tahun 2010 sebesar 447.494 ton senilai US $ 845,54 juta, tahun 2011 menjadi 352.007 ton senilai US $ 1,04 miliar, tahun 2012 mencapai 425.000 ton senilai US$ 1,25 miliar, dan tahun 2013 ditargetkan mencapai 520.000 ton senilai US $ 1,5 miliar. Pada tahun-tahun mendatang ekspor kopi diharapkan terns meningkat karena adanya aneka program berbasis teknologi tepat guna yang berkesinambungan. Ekspor kopi tersebut cukup menggembirakan karena selain ekspor biji kopi. juga kopi instan. Hal ini membuktikan bahwa industri pengolahan kopi dalam ne-geri terus bergairah. Selama ini ekspor kopi Arabika Indonesia terbesar ke Amerika, sedangkan ekspor kopi Robusta ke Eropa dan Jepang.

Peluang dan faktor pendongkrak ekspor kopi dunia terus meningkat adalah terjadinya peningkatan konsumsi kopi dunia dari tahun ke tahun. Kopi termasuk minuman paling populer di dunia setelah air. Setiap hari lebih dari 1 miliar cangkir kopi dikonsumsi manusia di seluruh dunia. Tidak mengherankan apabila kopi menjadi komoditas yang paling banyak diperdagangkan di dunia setelah minyak bumi. Kebutuhan kopi dunia meningkat dari 8 gram menjadi 15 gram per cangkir. Di samping itu, juga terjadi perubahan budaya dalam pola minum kopi dari sistem konven-sional (drip coffee) ke pola modern (espresso).

United States Departemen of Agriculture (USDA) memprediksi produksi kopi dunia pada tahun 2015 konsumsi kopi dunia diperkirakan mencapai 115 juta karung (1 karung = 60 kilogram). Menurut data International Coffee Organisation (ICO), sejak tahun 2010 trend peningkatan konsumsi kopi dunia sebesar 2,5%/tahun sehingga pada tahun 2020 diperkirakan mencapai 165 juta hingga 173 juta karung.

Peningkatan konsumsi kopi dunia tidak terlepas dari pertumbuh-an permintaan negara konsumen baru. Negara-negara seperti Rusia, Eropa Timur. Asia, dan China menjadi pasar kopi dengan tingkat pertumbuhan mencapai 35%. China dan Korea Selatan juga menjadi sasaran baru ekspor kopi, baik ekspor biji kopi maupun ekspor olahan kopi lokal. karena di China terjadi transisi konsumsi teh ke kopi. China juga menjadi tujuan baru ekspor kopi instan Indonesia untuk dijadikan bahan baku produk lain se-perti kopi instan 3 in 1. Pangsa pasar kopi makin prospektif, terns meningkat oleh karena adanya peningkatan konsumsi kopi di negara-negara produsen kopi, seperti Brasil, Meksiko, Indonesia, Vietnam, dan India. Di Indonesia, konsumsi kopi dalam negeri juga mengalami kenaikan yang cukup berarti. Jumlah penduduk Indonesia yang 240 juta jiwa merupakan potensi yang sangat besar dalam menyerap produk yang dihasilkan oleh industri kopi dalam negeri.

Di sisi lain, perkembangan industri kopi menunjukkan bahwa masyarakat Amerika menyenangi jenis kopi spesial, seperti kopi Mandailing, Gayo, dan Lintong dari Sumatera; kopi Bajawa dari Flores; kopi Kintamani dari Bali; kopi Toraja dan Celebes dari Sulawesi; serta kopi Wamena dari Papua. Selain itu, konsumen Amerika saat ini semakin banyak yang meminta kopi organik dan fair trade. Kopi spesial memiliki persyaratan khusus, yaitu biji kopi tanpa cacat primer, bersih, dan ukuran yang seragam, sehingga harganya relatif lebih mahal. Selain Amerika Serikat yang merupakan pasar kopi spesial terbesar, permintaan juga datang dari Eropa, Australia, Jepang, Korea dan Tiongkok. Kopi spesial adalah kopi Arabika pilihan. Di Indonesia, terdapat tujuh sentra produksi kopi Arabika spesial, antara lain Nanggroe Aceh Darussalam, Sumatera Utara, Jawa Timur di kawasan Gunung Ijen, Kintamani Bali, Toraja, Flores dan Papua. Tiap tahun produksi kopi jenis Arabika antara 90.000-100.000 ton, yang merupakan kopi spesial sekitar 20 ribu ton.
Kopi spesial memiliki karakteristik dan cita rasa yang khas. Kopi Sumatera memiliki aroma yang kuat dan cita rasa kakao, tanah dan tembakau. Kopi Java memiliki rasa yang nyaman, heavy body dan rasa akhir yang bertahan serta cita rasa herbal. Sementara kopi Bali terasa lebih manis dari kopi lainnya, dengan cita rasa kacang dan jeruk. Kopi Sulawesi memiliki tingkat kemanisan dan body yang baik, dengan cita rasa rempah yang hangat. Kopi Flores memiliki rasa heavy body manis, cita rasa cokelat dan tembakau. Kopi Papua terasa heavy body, cokelat. tanah. dan cita rasa akhir rempah. Aroma kopi Indonesia tersebut berbeda-beda karena berbagai alasan. Variabel yang paling berpengaruh adalah jenis tanah, ketinggian tempat dari permukaan laut; va-rietas kopi, metode pengolahan dan penyimpanan.